top of page
Image by Josh Applegate

Misa untuk Arwah

Kemudian dikumpulkannya uang di tengah-tengah pasukan. Lebih kurang dua ribu dirham perak dikirimkannya ke Yerusalem untuk mempersembahkan korban penghapus dosa. Ini sungguh suatu perbuatan yang sangat baik dan tepat, oleh karena Yudas memikirkan kebangkitan. Sebab jika tidak menaruh harapan bahwa orang-orang yang gugur itu akan bangkit, niscaya percuma dan hampalah mendoakan orang-orang mati. Lagipula Yudas ingat bahwa tersedialah pahala yang amat indah bagi sekalian orang yang meninggal dengan saleh. Ini sungguh suatu pikiran yang mursid dan saleh. Dari sebab itu maka disuruhnyalah mengadakan korban penebus salah untuk semua orang yang sudah mati itu, supaya mereka dilepaskan dari dosa mereka. (2 Makabe 12: 43- 45)

 

Perikop di atas menunjukkan bahwa sejak dalam Perjanjian Lama telah ada kebiasaan untuk mendoakan arwah dan mempersembahkan kurban penghapusan dosa untuk mereka. Dengan doa dan kurban dari orang-orang yang masih hidup, dosa para arwah diampuni.  

Disebutkan pula dalam Sir 7: 33 ”Hendaklah kemurahan hatimu meliputi semua orang yang hidup, tapi orang matipun jangan kau kecualikan pula dari kerelaanmu.” Hal ini menekankan bahwa bantuan rohani bagi orang yang sudah mati hendaknya muncul dari kemurahan hati orang-orang yang masih hidup.

Misa Arwah: Welcome
Poor-Souls-in-Purgatory11.jpg

Tradisi mendoakan arwah ini diteruskan oleh para rasul. Seperti pada perbuatan Rasul Paulus ketika mendoakan Onesiforus yang sudah meninggal, “Kiranya Tuhan menunjukkan rahmat-Nya kepadanya [Onesiorus] pada hari-Nya.” (2 Tim 1:18).
Tradisi mendoakan jiwa orang yang sudah meninggal juga dicatat dalam tulisan para Bapa Gereja, seperti:

1) Tertullian, yang mengajarkan untuk menyelenggarakan Misa kudus untuk mendoakan mereka pada perayaan hari meninggalnya mereka setiap tahunnya. (Tertullian, De Monogamia 10; De exhort cas II, lif. St. Cyprian, Ep 1, 2).
2) St. Cyril dari Yerusalem dalam pengajarannya tentang Ekaristi memasukkan doa-doa untuk jiwa orang-orang yang sudah meninggal (St. Cyprian, Cat., Myst., 5.9 et seq).
3) Sedangkan St. Yohanes Krisostomus dan St Agustinus mengajarkan bahwa para beriman dapat mendoakan jiwa orang-orang yang meninggal dengan mengadakan derma. (St. Yohanes Krisostomus, Phil; hom 3,4; St. Agustinus, Enchiridion 110; Sermo 172, 2, 2).
( https://www.katolisitas.org/mengapa-kita-mendoakan-jiwa-orang-orang-yang-sudah-meninggal/ )

Berdasarkan Kitab Suci dan tradisi yang dilakukan Gereja sejak awal tersebut, Katekismus Gereja Katolik mengajarkan:
KGK 1032 Ajaran ini juga berdasarkan praktik doa untuk orang yang sudah meninggal tentangnya Kitab Suci sudah mengatakan: “Karena itu [Yudas Makabe] mengadakan kurban penyilihan untuk orang-orang mati, supaya mereka dibebaskan dari dosa-dosanya” (2 Mak 12:45). Sudah sejak zaman dahulu Gereja menghargai peringatan akan orang-orang mati dan membawakan doa dan terutama kurban Ekaristi Bdk. DS 856. untuk mereka, supaya mereka disucikan dan dapat memandang Allah dalam kebahagiaan. Gereja juga menganjurkan amal, indulgensi, dan karya penitensi demi orang-orang mati.
“Baiklah kita membantu mereka dan mengenangkan mereka. Kalau anak-anak Ayub saja telah disucikan oleh kurban yang dibawakan oleh bapanya Bdk. Ayb 1:5., bagaimana kita dapat meragukan bahwa persembahan kita membawa hiburan untuk orang-orang mati? Jangan kita bimbang untuk membantu orang-orang mati dan mempersembahkan doa untuk mereka” (Yohanes Krisostomus, hom. in 1 Cor 41,5).
KGK 1371 Kurban Ekaristi juga dipersembahkan untuk umat beriman yang mati di dalam Kristus, “yang belum disucikan seluruhnya” (Konsili Trente: DS 1743), supaya mereka dapat masuk ke dalam Kerajaan Kristus, Kerajaan terang dan damai:
“Kuburkanlah badan ini di mana saja ia berada: kamu tidak perlu peduli dengannya. Hanya satu yang saya minta kepada kamu: Di mana pun kamu berada, kenangkan saya pada altar Tuhan” (Santa Monika sebelum wafatnya, kepada Santo Augustinus dan saudaranya: Agustinus, conf. 9,11,27).
“Lalu kita berdoa [dalam anaforal untuk Paus dan Uskup yang telah meninggal, dan untuk semua orang yang telah meninggal pada umumnya. Karena kita percaya bahwa jiwa-jiwa yang didoakan dalam kurban yang kudus dan agung ini, akan mendapat keuntungan yang besar darinya… Kita menyampaikan kepada Allah doa-doa kita untuk orang-orang yang telah meninggal, walaupun mereka adalah orang-orang berdosa… Kita mengurbankan Kristus yang dikurbankan untuk dosa kita. Olehnya kita mendamaikan Allah yang penuh kasih sayang kepada manusia dengan mereka dan dengan kita” (Sirilus dari Yerusalem, catech. myst. 5,9,10).
KGK 1414 Sebagai kurban, Ekaristi itu dipersembahkan juga untuk pengampunan dosa orang-orang hidup dan mati dan untuk memperoleh karunia rohani dan jasmani dari Tuhan.

e7392cac0c56937d62f648527000bc5c.jpg

Mengapa kurban Ekaristi?
Karena Ekaristi adalah cara yang paling effektif untuk membantu arwah di api penyucian. Dalam Misa Kudus atau Ekaristi, Kristus mengurbankan diriNya sendiri karena kasihNya pada kita.  Misa Kudus adalah kurban Kristus sendiri pada Allah, suatu persembahan terindah bagi Allah.  Imam adalah wakil Kristus namun Kristus sendirilah yang mempersembahkan dan mengurbankan diriNya untuk kita.

Lalu kapan sebaiknya kita mempersembahkan misa bagi arwah?
Misa bagi arwah biasa dilakukan pada hari seseorang meninggal, hari pemakamannya, peringatan 3, 7, 30, 40 hari,1 tahun meninggalnya atau peringatan meninggal yang lain berdasarkan tradisi setempat.  Pada dasarnya sebagai anggota gereja yang masih hidup (gereja yang sedang berziarah di dunia) kita dapat meminta kurban misa bagai arwah saudara-saudara kita baik yang masih menderita di api penyucian maupun yang sudah bahagia di surga kapan saja. Misa akan membantu arwah di api penyucian agar sehingga mereka segera dapat bebas dari hukumannya sementara bagi jiwa yang sudah bahagia, misa akan menambah kedekatannya dengan Allah seperti yang disebut kan oleh St. Thomas Aquinas sebagai Accidental Glory.  Misa yang kita mohonkan bagi keluarga dan kerabat yang sudah meninggal tidak akan pernah sia-sia.

Stained Glass
Informasi yang Sering Ditanyakan
Misa Arwah: FAQ

Mengapa perlu mendoakan orang yang sudah meninggal?

Menurut Gereja Katolik, Tuhan berkuasa menentukan apakah seseorang yang meninggal itu masuk surga, neraka, atau jika masih perlu dimurnikan dulu di Api Penyucian karena belum siap masuk surga. 

Api Penyucian adalah keadaan yang dialami oleh orang-orang yang meninggal dalam keadaan rahmat dan dalam persahabatan dengan Tuhan, tetapi belum suci sepenuhnya, sehingga memerlukan proses pemurnian selanjutnya setelah kematian (Katekismus Gereja Katolik 1030-1032). Pemurnian di dalam Api Penyucian sangat berlainan dengan siksa neraka. Orang-orang beriman yang masih hidup sebagai sesama anggota Tubuh Kristus selayaknya menolong dalam menanggung beban (Gal 6:2) dan membantu jiwa-jiwa yang ada di Api Penyucian dengan doa dan ujud Misa Kudus bagi mereka. Doa dan misa yang ditujukan bagi jiwa di Api Penyucian akan mempercepat proses permurnian mereka sehingga mereka segera dapat bersatu dengan Allah di surga. Sementara jika jiwa yang kita doakan sudah berada di surga maka doa kita akan membuat mereka semakin dekat dengan Allah.

https://www.katolisitas.org/mengapa-kita-mendoakan-jiwa-orang-orang-yang-sudah-meninggal/

https://www.katolisitas.org/bersyukurlah-ada-api-penyucian/

Jika orang yang meninggal sudah menerima sakramen tobat dan sakramen minyak suci, apakah masih perlu didoakan? Bukankah dosa mereka sudah diampuni?

Banyak orang yang berpikir bahwa setelah Allah mengampuni, maka segalanya urusan yang berkaikan dengan dosa sudah selesai dan tidak ada lagi akibat dosa yang harus dipikirkan.  Padahal semua semua perbuatan dosa ada akibat dosanya dan pengampunan dosa tidak menghilangkan konsekuensi dari perbuatan tersebut. Dalam kitab suci dapat dibaca bahwa sekalipun dosa manusia telah diampuni Allah, manusia tetap harus menanggung akibat dosa. Raja Daud yang diampuni oleh Allah atas dosanya berzinah dengan Betsheba dan membunuh Uria, tetap dihukum oleh Tuhan dengan kematian anaknya (2 Sam 12:13-14). Zakharia, yang tidak percaya akan berita malaikat Gabriel, menjadi bisu (Luk 1:20). Dan masih banyak contoh lain.

Orang yang sudah mendapatkan sakramen tobat dan minyak suci sebelum meninggal, sudah mendapatkan pengampunan dosa oleh Allah namun jika masih ada akibat dosa yang melekat maka orang tersebut akan menjalani Api Penyucian untuk memurnikan dirinya dari akibat dosa tersebut.  Doa dan misa yang kita kurbankan bagi mereka penting untuk meringankan hukuman mereka karena mereka tidak dapat berbuat apa-apa lagi bagi diri mereka sendiri.

https://www.katolisitas.org/bersyukurlah-ada-api-penyucian/

Bagaimana jika jiwa orang yang kita doakan sudah tidak berada di api penyucian tetapi sudah berada di surga?

Allah menerima doa dan kurban misa kudus yang Anda persembahkan dan akan menggunakannya bagi jiwa lain dari keluarga Anda yang masih berada di api penyucian dan yang membutuhkannya. Jika Anda terus mengurbankan misa bagi keluarga/kerabat Anda yang sudah berbahagia di Surga, mereka akan mengalami apa yang disebut oleh St. Thomas Aquinas sebagai "Kemuliaan yang Tidak Disengaja / Accidental Glory" dimana jiwa mereka akan semakin dekat dengan Allah dan kemampuan jiwa tersebut untuk menjadi perantara doa kita akan semakin kuat.  Jadi jangan pernah berhenti mendoakan keluarga/kerabat kita yang sudah meninggal, tidak perduli berapa lama mereka sudah meninggal.  Tidak ada doa yang sia-sia, Tuhan selalu penuh dengan kemurahan hati.

Image by Annie Theby

Permohonan Misa Arwah

Terima kasih, Anda telah mengirimkan intensi Misa Arwah untuk didoakan bersama kelompok doa Manete In Me.

 

Untuk persembahkan tanda kasih / stipendium misa dapat dikirimkan ke rekening  berikut :

Bank Mandiri KCP JDC No A/C: 117-00-0003257-3 atas nama Agnes Diah Indriani T. 
Dengan menambahkan angka 3 dibelakang nominal
(Contoh : 100.003)

Kami akan mengirimkan stipendium pada Pastor yang mempersembahkan misa.

Atas partisipasinya kami haturkan terima kasih 

🙏Tuhan memberkati 🙏

Misa Arwah: Price Quote
bottom of page