top of page
Gambar penulisAgnes Diah

Di mana Kitab Suci berbicara tentang Api Penyucian/ Purgatori?

Api penyucian adalah “tempat” sementara bagi seseorang yang setelah diadili (pada saat kematian), ia dinyatakan masuk ke surga, namun jiwanya belum siap untuk secara langsung masuk surga (berdasarkan KGK 1022). Oleh karena itu, ia berada dalam suatu “tempat” untuk dimurnikan, dan diutuhkan. Dalam surga, tidak ada tempat bahkan untuk satu dosa kecil setitik pun. Allah Mahakudus sehingga tidak ada satu noda pun yang dapat tinggal di kediamanNya. “Tempat pemurnian” ini, oleh Katolik Roma disebut sebagai Api Penyucian.


Apakah Api Penyucian tidak Alkitabiah?

Mat 12:32 Apabila seorang mengucapkan sesuatu menentang Anak Manusia, ia akan diampuni, tetapi jika ia menentang Roh Kudus, ia tidak akan diampuni, di dunia ini tidak, dan di dunia yang akan datangpun tidak.


Bila ada dosa yang tidak dapat diampuni di dunia yang akan datang. Maka ada pula dosa yang dapat diampuni di dunia yang akan datang.

Tempat dimana dosa-dosa yang tidak menyebabkan maut tersebut diampuni, itulah yang dinamakan Api Penyucian (lihat I Yoh 5:16 tentang adanya perbedaan akibat dosa).


Selain itu Rasul St. Paulus juga dalam suratnya 1 Kor 3:15 juga menggambarkan bahwa pada akhir hidup, perbuatan kita akan dihakimi, dan ada perbedaan antara orang-orang yang sungguh suci dan belum suci saat hidupnya:


sekali kelak pekerjaan masing-masing orang akan nampak.  Karena hari Tuhan akan menyatakannya, sebab ia akan nampak dengan api dan bagaimana pekerjaan   masing-masing orang akan diuji oleh api itu. Jika pekerjaan yang dibangun seseorang tahan uji, ia akan mendapat upah. Jika pekerjaannya terbakar, ia akan menderita kerugian , tetapi ia sendiri akan diselamatkan, tetapi seperti dari dalam api.


Dari sisi yang berbeda, Gereja Katolik Timur lebih suka menggunakan istilah Theosis (Theosis adalah Konsep pengilahian, semua orang Kristen mengalami proses ini. Lihat Katekismus Gereja Katolik Ukraina no. 850). Dalam proses Theosis, artinya seseorang dimurnikan, disucikan, dibebaskan sepenuhnya agar dapat bersatu dengan Allah secara sempurna. Proses ini berlanjut setelah kematian apabila seseorang belum sepenuhnya suci selama ia hidup.


Lalu bagaimana dengan gereja-gereja lain yang menolak konsep purgatori/ api penyucian ini?

Bila kita menelusuri jejak sejarah di abad pertama, pada makam orang Kristen di bawah tanah, ditemukan ukir-ukiran bertuliskan “St. Petrus, doakanlah X”. Ini menunjukkan bahwa mereka pun sudah mengenal perlunya doa bagi orang yang telah berpulang, dan sekaligus bahwa orang kudus di surga dapat membantu dengan doa-doa mereka.


Maka kembali ke hati nurani dan nalar, manakah yang lebih pantas dipercaya sebagai iman Kristen yang murni; ajaran dari abad pertama yang lebih dekat dengan Tuhan dan para Rasul (catat Kitab Suci baru dikanon 400 tahun kemudian) atau ajaran 1500 tahun kemudian dari menafsirkan Kitab Suci sendiri?


Ataukah kita sebaiknya berpegang pada peringatan dari Surat Ibrani 13:7-9

Ingatlah akan pemimpin-pemimpin kamu, yang telah menyampaikan firman Allah kepadamu. Perhatikanlah akhir hidup mereka dan contohlah iman mereka.

Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin maupun hari ini dan sampai selama-lamanya.

Janganlah kamu disesatkan oleh berbagai-bagai ajaran asing.


Ditulis oleh: Yohanes Mikael AW

34 tampilan0 komentar

Postingan Terakhir

Lihat Semua

留言


bottom of page