top of page
Gambar penulisAgnes Diah

Misa Gregorian, Pertolongan bagi Jiwa yang Berpulang

Diperbarui: 1 Okt 2020

Apa yang pertama kali Anda pikirkan ketika mendengar kata Misa Gregorian?

Misa dengan nyanyian Gregorian atau misa dalam bahasa Latin?

Jawaban itu memang bisa jadi hal yang pertama muncul dalam pikiran kita tentang Misa Gregorian. Namun Misa Gregorian di sini adalah misa yang dikurbankan setiap hari selama 30 hari berturut-turut bagi seseorang yang sudah meninggal agar jiwanya segera dibebaskan dari api penyucian dan hukuman dosa serta dihantar ke kedamaian surga dalam kerahiman dan belas kasih Allah .


Sejarah Misa Gregorian


Meskipun doa dan kurban bagi jiwa yang meninggal sudah berlangsung sejak zaman Perjanjian Lama, kurban Misa Gregorian bagi arwah baru menjadi populer pada waktu St. Gregorius Agung (590-604). Sebelum menjadi Paus, St. Gregorius mendirikan biara St. Andrew di rumah keluarganya di Roma. Karena sering kurang sehat, St. Gregorius dirawat oleh seorang dokter bernama Justus yang juga rahib di biaranya.


Ketika Justus sakit, St. Gregorius memanggil Copius saudara kandung Justus yang berprofesi sebagai dokter untuk datang merawatnya. Menyadari bahwa ajalnya semakin dekat, Justus mengatakan pada Copius bahwa ia menyimpan 3 keping koin emas. Pencarian lalu dilakukan berdasarkan pengakuan tersebut dan 3 koin emas ditemukan di tempat penyimpanan obat. Pelanggaran kaul kemiskinan oleh Justus membuat St. Gregorius sangat sedih dan kecewa karena ia amat berharap para rahib menjalankan kaul mereka dengan sungguh-sungguh. Untuk membebaskan Justus dari kesalahannya dan memberikan pelajaran pada rahib-rahib lain, St. Gregorius yang sudah menjadi Paus saat itu memberi instruksi berikut pada Pretiosus, kepala biara St. Andrew:

"Tidak seorang rahib pun yang boleh mengunjungi atau memberi penghiburan pada Justus. Jika saat mendekati ajalnya Justus ingin bertemu dengan salah seorang rahib, biarkan Copius mengatakan padanya bahwa para rahib tidak mau berurusan lagi dengan dia karena 3 keping emas yang disimpannya. Semoga pengalaman pahit saat mendekati ajal ini dapat menjadi hukuman pertobatan untuk membersihkan Justus dari dosa yang telah dilakukannya. Sesudah meninggal, jangan makamkan dia bersama rahib-rahib lain tapi galilah kuburnya di tempat tumpukan kotoran hewan. Dan setelah memasukkan petinya ke lubang, para rahib harus berkata: Bawa uang ini bersamamu ke penderitaan abadi, sambil melemparkan kepingan emas itu ke lubang kubur Justus."


Instruksi pertama bertujuan membantu Justus agar kepahitan yang dialami menjelang kematian membawa pengampunan atas dosanya. Sedangkan instruksi kedua bertujuan membantu para rahib yang masih hidup dengan menunjukkan kutukan keras pada keserakahan supaya mereka tidak jatuh dalam sifat buruk ini. Kedua instruksi ini berhasil. Menjelang kematian Justus, ia mencari teman-teman rahibnya namun tidak seorangpun dari mereka mau mendengarkan atau berbicara dengannya lalu Copius pun menjelaskan pada Justus mengapa para rahib berlaku demikian. Justus kemudian menangis sedih serta menyesali dosanya dan ia pun meninggal dalam penyesalan yang sungguh-sungguh. Setelah pemakaman Justus sesuai dengan instruksi, para rahib mulai mengembalikan berbagai benda bahkan benda yang diperbolehkan untuk dimiliki dalam peraturan biara karena takut akan cela dan hukuman yang akan menimpa mereka.


Meskipun Justus telah bertobat, St. Gregorius tahu bahwa Justus menjalani api penyucian sebagai akibat dosa pelanggaran kaulnya tersebut dan berusaha membantu melepaskannya dari hukuman. Maka St. Gregorius memberi instruksi pada Pretiosus, kepala biara untuk mengadakan misa bagi pembebasan jiwa Justus setiap hari selama tiga puluh hari berturut-turut. Dengan demikian Kurban Penyelamatan (Ekaristi) dikurbankan untuk Justus selama 30 hari. Mengapa 30 hari berturut-turut? Karena St. Gregorius mengacu pada tradisi umat Israel dalam perjanjian lama dimana mereka berkabung untuk kematian Musa selama 30 hari (Ul 34: 8). Setelah perayaan misa yang ketigapuluh, Justus menampakkan diri pada Copius dan mengatakan bahwa ia telah bebas dari hukuman dan api penyucian karena rangkaian misa yang dirayakan untuknya. Dengan suka cita Copius menceritakannya pada kepala biara dan rahib yang lain, mereka pun percaya bahwa saudara mereka yang meninggal telah dibebaskan dari hukuman berkat kurban misa yang dirayakan untuknya.


Peristiwa yang menyebabkan tersebarnya kebiasaan suci ini dicatat dalam buku Dialog oleh St. Gregorius Agung. Selanjutnya banyak orang berdatangan ke biara tersebut untuk memohon rangkaian kurban misa 30 hari berturut-turut bagi arwah keluarga dan kerabat mereka dan kebiasaan suci ini kemudian disebut sebagai Misa Gregorian. Dengan tersebarnya hal ini, makin banyak orang Katolik yang mengadakan Misa Gregorian bagi arwah keluarga atau kerabat mereka, St. Vincent Ferrer (1350-1419) adalah salah satunya. St. Vincent mempunyai saudara perempuan bernama Francesca yang semasa hidupnya terlalu berfokus pada hal-hal duniawi. Saat mendekati ajal, Francesca sempat bertobat dan mendapatkan sakramen tobat. Namun beberapa hari setelah ia meninggal, Francesca menampakan diri pada St. Vincent yang sedang merayakan misa. Francesca nampak dikelilingi nyala api dan mengalami penderitaan yang amat besar. Francesca berkata pada St. Vincent bahwa ia dihukum dengan penderitaan tersebut sampai Hari Penghakiman, namun ia dapat dibebaskan jika St. Vincent merayakan tiga puluh misa menurut St. Gregorius sebagai doa bagi jiwanya. St. Vincent melakukan permintaan Francesca mengadakan Misa Gregorian baginya. Pada hari perayaan misa yang terakhir, Francesca nampak pada St. Vincent dikelilingi oleh para malaikat dan naik ke surga.


Pendapat Gereja tentang Misa Gregorian


Menurut Kongregasi Suci untuk Indulgensi pada tanggal 15 Maret 1884 dan 24 Augustus 1888: kurban Misa Gregorian memiliki kemampuan khusus untuk memperoleh pembebasan lebih cepat dari Allah bagi jiwa-jiwa yang menderita dan kebiasaan ini merupakan kepercayaan yang suci dan benar dari orang-orang beriman. Misa Gregorian hanya dapat dipersembahkan bagi arwah (orang yang sudah meninggal) dan setiap misa dalam rangkaian hanya memiliki satu intensi yaitu bagi satu nama arwah tersebut.


Berikutnya berdasarkan Congregation of Divine Worship (CDW) 24 Februari 1967, rangkaian Misa Gregorian dapat dirayakan dari beberapa altar yang berbeda dan oleh imam yang berbeda. Jika seorang imam yang sudah menyanggupi untuk melakukan rangkaian Misa Gregorian tidak dapat melakukannya pada hari tertentu maka imam tersebut dapat meminta imam lain untuk menggantikannya merayakan misa dengan intensi tersebut. Namun jika imam tersebut tidak mendapatkan imam pengganti atau rangkaian Misa Gregorian terputus karena halangan yang tidak terduga (misalnya sakit) atau penyebab lain yang dapat masuk akal (seperti pemakaman atau pernikahan) maka imam dapat melanjutkan rangkaian Misa Gregorian segera setelah halangan berlalu tanpa harus mengulangi atau memulai kembali rangkaian misa Gregorian dari awal.


Misa Gregorian pada Masa Kini


Meskipun tetap dilakukan di biara-biara (contoh: Benediktin, Salesian), kebiasaan melakukan Misa Gregorian bagi arwah menjadi berkurang dibanyak tempat seiring dengan berkembangnya aliran-aliran agama Kristen yang tidak mempercayai adanya api penyucian. Persyaratan pelaksanaan Misa Gregorian yaitu merayakan misa dengan satu intensi saja selama 30 hari berturut-turut, juga makin sulit dipenuhi terutama di daerah dengan jumlah imam yang sedikit sementara jumlah umat yang dilayani banyak. Sering kali imam yang bertugas di paroki mengalami banyak kesulitan untuk melakukan satu misa dengan satu intensi saja selama 30 hari berturut-turut.


Besarnya rasa cinta dan kasih sayang umat beriman pada arwah keluarga dan kerabat mereka membuat kebiasaan Misa Gregorian kembali dilakukan dibanyak tempat. Biara-biara dan berbagai kelompok doa berusaha membantu umat beriman melakukan kebiasaan suci ini. Di Indonesia, kelompok doa Manete In Me berusaha memberikan informasi pada umat Katolik mengenai kebiasaan Misa Gregorian dan melayani penyelenggaraan rangkaian misa ini bagi mereka yang hendak mendoakan arwah keluarga/kerabat mereka. Kelompok doa Manete In Me menyelenggarakan Misa Gregorian bersama dengan imam-imam yang bersedia. Sebagian besar imam-imam yang melayani Misa Gregorian bersama kelompok doa ini adalah imam-iman yang sedang belajar/studi, berkarya di seminari/biara atau berkarya di daerah yang membutuhkan bantuan dana sehingga dapat lebih terbantu dengan stipendium yang diberikan dalam rangka penyelenggaraan misa.


Untuk permohonan Misa Gregorian, silahkan klik di sini.


Disadur dari:

Postingan Terakhir

Lihat Semua

Comments


bottom of page