top of page
Image by Isabella and Louisa Fischer

Yang pertama terjadi saat lockdown atau karantina wilayah mulai dilakukan oleh banyak negara untuk mengendalikan penyebaran virus Covid-19.  Di berbagai tempat diberitakan  banyak penderita sakit menghadapi ajalnya sendirian tanpa ada pendamping atau pun layanan/penghiburan rohani yang biasanya mudah/bisa dilakukan dalam situasi normal. Hal memprihatinkan ini dibawa oleh anggota dalam doa dengan harapan jiwa yang berpulang mendapat penghiburan dan pertolongan dari Tuhan. Lalu dalam terang Roh Kudus ia diingatkan sabda Yesus pada Santa Faustina: 
Ketika aku memasuki kamar pengasinganku, aku mendengar kata-kata ini, “Pada jam kematiannya, setiap orang yang mendaraskan Koronka akan Aku bela seperti kemuliaan-Ku sendiri; atau kalau ada orang lain yang mendaraskan Koronka bagi orang yang sedang menghadapi ajal, dia ini akan mendapatkan indulgensi yang sama. Kalau Koronka ini didaraskan di dekat pembaringan orang yang sedang menghadapi ajal, murka Allah akan dipadamkan dan kerahiman yang tak terselami akan meliputi jiwanya. Dan, lubuk kerahiman-Ku yang mesra akan tergerak karena sengsara Putra-Ku yang memilukan.”
Oh, kalau saja setiap orang menyadari betapa besarnya kerahiman Tuhan dan betapa banyaknya kita semua membutuhkan kerahiman itu, khususnya pada saat-saat yang genting itu!

(Buku Harian Santa Faustina - BHSF 811)
 
Maka pada bulan Maret 2020, Kelompok Doa Manete In Me mulai mendaraskan doa Koronka dengan intensi khusus bagi jiwa-jiwa yang menghadapi ajal terutama yang menghadapi ajal sendirian dan kesulitan mendapatkan sakramen-sakramen terakhir. Gerakan doa ini juga disebarkan ke kelompok-kelompok doa yang lain.
​

Tentang Kami: About
Praying Together
Pada awalnya....

Berangkat dari keprihatian dan keinginan melakukan pelayanan, tiga orang perempuan yaitu Agnes Tjondrowidjojo, Ibu Ida Rahail dan Florentina Enny memulainya dengan berupaya menyediakan sarana yang dibutuhkan untuk perkembangan iman bagi sesama.  Khususnya di daerah dengan jumlah umat Kristen banyak namun sarana kehidupan beriman seperti benda-benda devosi dan buku-buku pengetahuan rohani masih perlu ditingkatkan. Kelompok kecil ini memulai misinya di Maluku Tenggara pada tahun 2013. Kemudian beberapa orang keluarga, kerabat dan rekan yang bergabung dan anggota kelompok mendukung satu sama lain melalui doa satu serta melakukan silih dan mati raga sebagai bagian dari devosi kepada Hati Kudus Yesus. Seiring dengan perjalanan waktu ada juga permintaan doa dari orang-orang di luar anggota kelompok yang kemudian didoakan bersama dalam kelompok.

​

Sekitar tahun Jubelium Kerahiman Ilahi saat sedang mencari informasi untuk mendukung doa dan devosi kelompok, salah seorang anggota menemukan informasi tentang Misa Gregorian dan bagaimana kebiasaan suci ini dapat membantu meringankan hukuman bagi jiwa-jiwa di api penyucian.  Disebutkan dalam penyedia layanan di Amerika tersebut bahwa misa ini khusus bagi arwah namun orang yang masih hidup dapat memesan Misa Gregorian bagi mereka sendiri untuk dikurbankan setelah orang yang bersangkutan meninggal. Anggota kami tertarik dan ingin memesan Misa Gregorian untuk dirinya agar dapat dilakukan misa kudus selama 30 hari berturut-turut untuk pembebasan jiwanya dari api penyucian setelah ia meninggal. Ia juga menyarankan anggota lain untuk melakukannya.  Namun rencana ini belum sempat dilakukan dengan pertimbangan mungkin akan ada kesulitan untuk menghubungi organisasi yang menyediakan layanan saat pemesan meninggal karena lokasinya di luar negeri selain karena biaya layanan yang cukup tinggi waktu itu.

​

Pada tahun-tahun berikutnya, kelompok doa Manete In Me banyak bersinggungan dengan upacara dan ritual seputar kematian karena adanya anggota keluarga atau  kerabat yang meninggal. Hal ini mendorong kelompok doa mencari dan melakukan lebih banyak doa, devosi dan indulgensi untuk menolong jiwa-jiwa yang meninggal. Kemudian pada saat wabah Covid-19 mulai melanda dunia, beberapa orang anggota kelompok doa mengalami terang Roh Kudus tentang bagaimana kelompok doa dapat membantu para arwah. 

Yang kedua terjadi pada bulan Juni 2020 setelah mengikuti kremasi Romo Sugiri SJ secara virtual, salah seorang anggota kami mendapat terang Roh Kudus tentang apa yang dialami oleh jiwa-jiwa meninggal yang dikremasi serta bagaimana membantu mereka dan keluarga yang ditinggalkan dalam proses tersebut. Seringkali jenasah yang meninggal ditinggalkan begitu masuk ke dalam oven tempat kremasi, baik karena peraturan krematorium maupun karena dianggap proses yang memerlukan doa sudah selesai. Padahal pada saat proses kremasi ini, para arwah akan sangat terbantu dengan doa dari keluarga/kerabatnya.

Berdasarkan kedua pengalaman rohani ini dan situasi dimana kondisi wabah yang belum berlalu, Kelompok Doa Manete In Me terdorong untuk meningkatkan doa, devosi dan pelayanan untuk arwah.  

2016105407.jpg

Kelompok Manete In Me

Ad Maiorem Dei Gloriam

Kegiatan Kelompok Doa Manete In Me sepenuhnya ditujukan hanya untuk kemuliaan Tuhan. Dalam kerahiman Allah kami melakukan doa, devosi, pelayanan dan misa bagi para arwah. Berikut adalah visi dan misi serta pelayanan kelompok Manete In Me

Image by Todd Quackenbush
Candles
Memorial Red Rose

Visi

Hanya untuk kemuliaan Tuhan

Misi

Mengasihi sesama manusia dengan doa, devosi dan misa bagi arwah.

bottom of page